Minggu, 15 Januari 2017

kajian resep



nama :AGUSTINA
NIM   :14 201 563
Kls     : K 14
Interaksi obat
      
        R/      metformin    500 mg
                        S.I.dd.I tab
       R/               Amlodipin    5 mg
                        S.I.dd.I 1/2tab
        R/             HCT  25 mg
                        S.I.dd.I 1/2tab
        R/             Glibenclamid
                         S.I.dd.I 1/2tab
       R/               Simvastatin
                        S.I.dd.I tab






Keterangan obat   ;
1.METFORMIN
Metformin adalah obat penurun gula darah bagi penderita kencing manis (diabetes). Terdapat beberapa golongan obat diabetes. Metformin termasuk dalam golongan obat yang bekerja menghambat pembentukan gula di dalam hati.Di antara berbagai obat diabetes, metformin adalah obat lini pertama, artinya bagi penderita diabetes tanpa komplikasi berat metformin adalah obat pertama yang akan diresepkan. Metformin juga sangat cocok untuk penderita diabetes dengan tubuh gemuk.  Terdapat beberapa kondisi atau penyakit penyerta di mana metformin tidak boleh diberikan, yakni
  1. Alergi (hipersensitivitas) terhadap metformin;
  2. Penyakit jantung kongesti;
  3. Peningkatan keasaman darah;
  4. Gagal ginjal;
  5. Wanita yang sedang menyusui.
·         EFEK SAMPING
Metformin adalah obat diabetes yang aman. Beberapa efek samping berikut pernah dilaporkan tetapi angka kejadiannya sangat jarang, yakni:
  1. Diare;
  2. Banyak buang gas;
  3. Rasa lelah;
  4. Nyeri-nyeri otot;
  5. Infeksi saluran nafas bagian atas;
  6. Gula darah rendah (hipoglikemia);
  7. Penurunan kadar vitamin B-12 dalam tubuh;
  8. Sulit buang air besar;
  9. Sakit maag.
·         DOSIS
Metformin berbentuk obat tablet. Terdapat tiga pilihan kemasan, yakni metformin 500 mg, 850 mg, dan 1000 mg. Namun yang paling sering digunakan ialah metformin 500 mg. Metfomrin sering dilaporkan menyebabkan mual oleh karena itu metformin sebaiknya dikonsumsi sesaat setelah makan atau setelah makan suapan pertama. Metformin dikonsumsi 2-3 kali sehari. Metformin tersedia dalam bentuk obat generik maupun obat paten. Untuk pengobatan diabetes, metformin diberikan dalam dosis 1500-2550 mg sehari yang terbagi ke dalam 2-3 kali minum. Pada awal-awal, metformin diberikan dalam dosis 500 mg. Kemudian dilihat respon pengobatan. Bila kadar gula belum memenuhi target, dosis metformin ditingkatkan setiap 1-2 minggu. Dosis maksimum yang diperbolehkan ialah 2550 mg per hari. Pada pasien usia lanjut, perlu diawasi karena efek samping biasanya lebih sering dijumpai.
2.AMLODIPIN
Amlodipin adalah obat tekanan darah tinggi (hipertensi). Obat ini adalah obat hipertensi yang paling sering diresepkan di Indonesia setelah captopril. Terdapat banyak golongan obat antihipertensi. Amlodipin termasuk ke dalam golongan obat penghambat kanal kalsium.Selain untuk hipertensi, amlodipin juga diindikasikan untuk penyakit berikut:
  1. Penyakit jantung koroner, dan
  2. Nyeri dada (angina)

Amlodipin relatif aman dan tidak ada kontraindikasi khusus. Satu-satunya kondisi yang tidak boleh obat ini diberikan ialah alergi (hipersensitivitas) terhadap amlodipin. Namun amlodipin perlu pengawasan dokter bila diberikan pada kondisi berikut:
  1. Gagal jantung akut;
  2. Hipotensi yang disertai gejala seperti pingsan;
  3. Bengkak pada kaki yang semakin bertambah;
  4. Kelainan fungsi jantung (kardiomiopati hipertrofi);
  5. Kelainan fungsi hati;
·         EFEK SAMPING
Secara umum amlodipin tidak meninmbulkan efek samping yang berbahaya. Beberapa efek samping yang pernah dilaporkan ialah:
  1. Bengkak(1,8-10,8%):
    Bengkak terutama ditemukan di sisi kiri-kanan tulang kering kaki. Bengkak adalah efek samping tersering yang timbul. Sering kali bengkak pada kaki dikuatirkan pasien sebagai tanda gagal jantung, namun sebenarnnya merupakan efek samping dari amlodipin;
  2. Sakit kepala (7,3%);
  3. Lemas (4,5%);
  4. Pusing berputar (1,1-3,4%);
  5. Mual (2,9%);
  6. Nyeri perut (1,6%);
  7. Mengantuk (1,4%).

·         DOSIS
Amlodipin merupakan obat berbentuk tablet dengan sediaan dosis 2,5 mg, 5 mg, dan 10 mg. Amlodipin tersedia luas dalam bentuk obat generik maupunpaten.Berbeda dengan captopril, waktu mulai kerja amlodipin dalam tubuh lebih lama daripada captopril tetapi efeknya dapat bertahan hingga 24 jam. Dengan demikian, amlodipin cukup diberikan satu kali sehari. Untuk terapi hipertensi, pertama kali amlodipin diberikan dalam dosis 5 mg sehari. Dosis kemudian ditingkatkan sesuai respon tekanan darah pasien. Dosis maksimum ialah 10 mg sehari.Untuk terapi nyeri dada (angina), amlodipin diberikan dalam dosis 5-10 mg sehari. Demikian juga untuk penyakit jantung koroner, amlodipin diberikan dalam dosis 5-10 mg sehari. Pada penderita dengan kelainan fungsi hati, dosis obat biasanya dimulai dari 2,5 mg sehari, baru ditingkatkan menjadi 5 mg.
3.HIDROCLOROTIAZID
Hidroklorotiazid atau disingkat HCT adalah obat diuretik yang termasuk ke dalam kelas tiazid. Hidroklorotiazid sering digunakan sebagai obat anti hipertensi yang bekerja dengan cara mengurangi kemampuan ginjal untuk menyerap terlalu banyak natrium yang bisa menyebabkan retensi cairan. Selain itu obat ini juga menurunkan resistensi pembuluh darah perifer sehingga terjadi penurunan tekanan darah.

A.     INDIKASI

·         Hidroklorotiazid adalah anti hipertensi lini pertama baik terapi tunggal atau dikombinasikan dengan obat anti hipertensi lain untuk meningkatkan efektivitasnya.
·         Hidroklorotiazid digunakan juga untuk pengobatan diabetes insipidus, dan mengurangi resiko batu ginjal pada pasien yang memiliki level kalsium yang tinggi dalam urin.
·         Obat ini juga digunakan untuk mengobati osteoporosis karena obat-obat kelas tiazid bisa menurunkan kehilangan mineral sekaligus merangsang pembentukan mineral tulang.
·         Hidroklorotiazid penting dalam pengobatan edema yang disebabkan oleh gagal jantung kongestif, sirosis hati, pemakaian kortikosteroid atau terapi estrogen, dan berbagai bentuk disfungsi ginjal seperti sindrom nefrotik, asidosis tubulus, glomerulonefritis akut, termasuk gagal ginjal kronis.

B.     Kontra indikasi 

·         Jangan menggunakan hidroklorotiazid pada pasien yang mempunyai riwayat alergi terhadap hidroklorotiazid atau obat-obat derivat sulfonamid.

C.     Efek Samping hidroklorotiazid

·         Efek samping hidroklorotiazid pada saluran pencernaan misalnya mual, muntah, diare, kram pada perut, sembelit, iritasi lambung, dan
·         Efek samping lain yang sering terjadi seperti pusing, sakit kepala, gelisah dan vertigo.
·         Anemia aplastik, agranulositosis, leukopenia, anemia hemolitik, trombositopenia, efek pada kulit misalnya ruam, sindrom stevens-johnson, dermatitis eksfoliatif termasuk nekrolisis epidermal toksik, kadang terjadi terutama pada pemakaian melebihi dosis yang dianjurkan.
·         Pengguna alkohol, barbiturat, dan narkotika bisa meningkatkan efek samping hidroklorotiazid  berupa penurunan tekanan darah yang drastis.
·         Gangguan sistem metabolisme akibat pemakaian hidroklorotiazid seperti peningkatan level asam urat, gula darah dan kolestrol.

D.     Perhatian  

·         Kadar elektrolit harus dipantau secara periodik terutama pada pasien usia lanjut atau pemakaian hidroklorotiazid dosis tinggi.
·         Gunakan hidroklorotiazid pada pagi hari. Jika dosis anda 2x sehari, dosis kedua harus digunakan sebelum jam 6 pagi.
·         Hidroklorotiazid harus digunakan dengan hati-hati pada pengobatan penyakit ginjal berat, penyakit hati yang progresif, atau jika dikombinasikan dengan obat anti hipertensi lain. Gunakan dengan pengawasan dokter.
·         Diuretik termasuk Hidroklorotiazid, harus dihentikan selama 2 – 3 hari sebelum dimulainya penggunaan obat-obat ACE inhibitor untuk mengurangi resiko hipotensi dosis pertama.
·         Hidroklorotiazid diekskresikan bersama ASI. Jangan menggunakan obat ini selama menyusui.
·         Penggunaan hidroklorotiazid dapat menyebabkan hipokalemia (kadar kalium yang rendah), dokter biasanya akan memberikan suplemen kalium atau dengan mengkombinasikan hidroklorotiazid dengan diuretik hemat kalium.

E.     Toleransi terhadap kehamilan

penelitian pada reproduksi hewan tidak  menunjukkan resiko pada janin dan tidak ada studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada wanita hamil / Penelitian pada hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin, tapi studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada wanita hamil tidak menunjukkan resiko pada janin di trimester berapapun.

F.      Dosis hidroklorotiazid

           hidroklorotiazid diberikan dengan dosis :
·         Dosis lazim dewasa untuk edema
           Dosis umum : 25 mg – 100 mg 1-2 x sehari
·         Dosis lazim dewasa untuk hipertensi
          Dosis awal : 25 mg 1 x sehari
Pemeliharaan : dapat ditingkatkan menjadi 50 mg / hari, sebagai dosis tungga
l atau dibagi 2 x dosis.
·         Dosis lazim dewasa untuk nefrokalsinosis
            Awal : 25 mg 1 x sehari
           Pemeliharaan : dapat ditingkatkan menjadi 50 mg 2 x sehari.
·         Dosis lazim dewasa untuk osteoporosis
           Awal : 25 mg 1 x sehari
           Pemeliharaan : dapat ditingkatkan menjadi 50 mg / hari
·         Dosis lazim dewasa untuk diabetes insipidus
           Awal : 50 mg 1 x sehari
           Pemeliharaan : dapat ditingkatkan menjadi 100 mg / hari
4.GLIBENCLAMID
libenclamid adalah obat penurun gula darah bagi penderita kencing manis (diabetes). Terdapat beberapa golongan obat diabetes. Glibenclamid termasuk dalam golongan obat yang disebut sebagai sulfonilurea. Golongan obat ini bekerja dengan cara meningkatkan hormon insulin. Insulin adalah hormon yang berfungsi untuk membantu pemasukan gula ke dalam sel-sel otot sehingga otot dapat menggunakannya sebagai sumber energi. Pada penderita diabetes, terjadi kekurangan insulin atau tidak berfungsinya insulin yang ada.
Di antara berbagai obat diabetes, glibenclamid adalah salah satu obat yang sering diberikan untuk pasien. Glibenclamid sering digunakan dalam kombinasi dengan metformin. Waktu kerja glibenclamid mencapai 24 jam sehingga praktis hanya perlu satu kali minum sehari. Glibenclamid juga sangat cocok untuk pasien diabetes dengan berat badan normal atau kurus.
Terdapat beberapa kondisi atau penyakit penyerta di mana glibenclamid tidak boleh diberikan, yakni
  1. Alergi (hipersensitivitas) terhadap glibenclamide;
  2. Diabetes melitus tipe I yang biasa terjadi pada anak-anak.

Pemberian glibenclamid perlu pengawasan dari tenaga medis untuk pasien dengan kondisi berikut:
  1. Pasien yang berisiko mengalami gula rendah (hipoglikemia), yakni pasien usia lanjut, pasien dengan keterbelakangan mental, dan pasien dengna gizi buruk;
  2. Kelainan fungsi ginjal;
  3. Kelainan fungsi hati.
   A.EFEK SAMPING
Glibenclamid secara umum adalah obat diabetes yang aman. Beberapa efek samping yang pernah dilaporkan ialah:
  1. Kemerahan pada kulit dan reaksi alergi;
  2. Rasa panas di dada;
  3. Gula rendah (hipoglikemia);
  4. Mual;
  5. Muntah;
  6. Peradangan hati.
B.DOSIS
Glibenclamid merupakan obat berbentuk tablet dengan sediaan dosis 2,5 mg dan 5 mg. Glibenclamid tersedia luas baik sebagai obat generik maupun obat paten. Glibenclamid memiliki waktu kerja lama sehingga cukup diminum satu kali sehari dan sebaiknya diminum pawa waktu atau jam yang sama setiap harinya. Glibenclamid sebaiknya diberikan 15-30 menit sebelum makan.Sebagai obat diabetes, glibenclmaid diberikan mulai dari dosis 2,5 mg sambil mengamati respon gula darah pasien. Dosis  dapat ditingkatkan sesuai dengan respon gula pasien. Dosis yang biasa digunakan ialah 2,5-20 mg per hari. Dosis maksimal sehari sebesar 20 mg.

5.SIMVASTATIN
Simvastatin dikenal sebagai obat kolesterol tinggi (hiperkolesterol) atau gangguan lemak tubuh (dislipidemia). Obat ini termasuk golongan obat statin atau disebut juga golongan obat HMG CoA reductase inhibitors (obat penghambat konversi lemak tubuh). Selain simvastatin, terdapat beberapa obat statin lainnya, yakni atrovastatin, fluvastatin, lovastatin, pravastatin, dan rosuvastatin.
Tidak seperti golongan obat penurun lemak lainnya, fungsi utama statin ialah menurunkan kolesterol jahat LDL. LDL adalah lemak utama penyebab penyakit jantung dan stroke. Dengan demikian simvastatin juga dikenal sebagai “kardioprotektor”, yakni melindungi jantung dari penyakit dan serangan jantung.
Simvastatin juga dikenal memiliki efek pleiotrofik, yakni khasiat yang banyak selain untuk menurunkan lemak. Simvastatin terbukti dapat menurunkan angka kasus penyakit jantung koroner, memberbaiki kondisi gula darah, menurunkan angka kasus stroke, dan bahkan menurunkan kematian.
Simvastatin tidak boleh diberikan pada pasien atau kondisi berikut:
  1. Alergi (hipersensitif) terhadap simvastatin;
  2. Penyakit hati akut;
  3. Kehamilan;
  4. Wanita yang sedang menyusui;
  5. Tidak boleh diberikan bersamaan dengan obat-obat berikut: ketokonazol, eritromisin, klaritromisin, obat HIV inhibitor protease, siklosporin, gemfibrozil, dan danazol.


A.EFEK SAMPING
 Karena khasiatnya yang baik bagi jantung, simvastatin sudah seperti “vitamin” yang aman dikonsumsi setiap hari. Efek samping jarang muncul, dan kalaupun muncul biasanya karena pemberian dosis yang terlalu besar. Beberapa efek samping yang pernah dilaporkan beserta persentase angka kejadiannya:
  1. Sulit buang air besar (konstipasi) (2%);
  2. Infeksi saluran napas atas (2%);
  3. Banyak buang gas (1-2%);
  4. Peningkatan enzim hati (1%);
  5. Nyeri otot (<1%);
  6. Nyeri perut (<1%).
     B.DOSIS
Simvastatin tersedia dalam bentuk tablet dengan ukuran dosis 5 mg, 10 mg, 20 mg, 40 mg, dan 80 mg. Simvastatin tersedia luas dalam bentuk obat generik maupun paten. Simvastatin cukup diminum satu kali sehari dan paling bagus bila dikonsumsi malam hari. Untuk menurunkan lemak, dosis simvastatin yang diberikan ialah 5-40 mg satu kali per hari. Pertama-tama pasien diberikan dosis 10-20 mg dan dilihat responnya. Pada pasien dengan risiko tinggi penyakit jantung, simvastatin dapat diberikan dalam dosis lebih tinggi, misal 40 mg. Hal ini karena target lemak pada pasien tersebut lebih rendah daripada orang normal.

0 komentar:

Posting Komentar